ERDIKHA MORNING IDEA 30 SEPTEMBER 2021
View PDF
30 Sep 2021

Wall Street Berhasil Rebound

Indeks pada perdagangan kemarin ditutup menguat pada level 6162. Ditransaksikan dengan volume yang cukup ramai jika dibandingkan dengan rata-rata volume 5 hari perdagangan. Indeks ditopang oleh Basic Materials (1.582%), Consumer Cyclicals (1.168%), Energy (3.243%), Financials (0.336%), Healthcare (0.425%), Industrials (4.191%), Infrastructures (0.624%), Consumer Non-Cyclical (1.22%), Properties & Real Estate (0.464%), Transportation & Logistic (0.882%) kendati dibebani oleh sektor Technology (-3.532%), yang mengalami pelemahan walaupun belum signifikan. Indeks pada hari ini diperkirakan akan bergerak pada range level support 6130 dan level resistance 6180. Bursa Wall Street berhasil kembali bangkit setelah seblumnya tertekan akibat dari menanjaknya yield treasury di AS. Namun, walaupun berhasil ditutup menguat pada perdagangan Rabu (29/09) sektor teknologi belum berhasil ditutup di zona hijau. Indeks Dow Jones menguat 0,26% ke 34390,72, S&P 5000 naik 0,16% ke 4.359,46, sementara Nasdaq melemah 0,24% di 14.512,44. Yield Treasury dan Inflasi AS Sentimen terkait dari Yield Treasury menjadi perhatian pelaku pasar yang mana membuat market bergerak volatile. Ketika yield treasury naik maka akan menyebabkan harga dari surat utang menjadi turun, dan sebaliknya demikian. Pelemahan dari bursa wall street disebabkan oleh naiknya yield treasury yang begitu tajam sehingga membebani laju dari penguatan pasar keuangan. Namun pada perdagangan Rabu (29/09) Yield Tresuary AS dapat terhenti sehingga membuat Bursa Wall Street ditutup menguat. Selain itu, akibat dari naik yield treasury akan berdampak terhadap keputusan The Fed yang akan menaikan suku bunga, walaupun The Fed tidak terburu-buru dalam menaikan suku bunganya. Ketua The Fed, Jerome Powell, saat ini mengatakan bawah tingginya inflasi disebabkan oleh adanya gangguan pasokan (supply) sehingga membuat harga barang meningkat tajam. Dari data persocal consumption expenditure (PCE) yang menjadi acuan The Fed dalam melihat tingkat inflasi untuk saat ini sebesar 3,6% tertinggi dalam 30 tahun terakhir. Namun menurut Powell tekanan inflasi dapat berkurang seiringan dengan membaik supply yang ada. Rilis data Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Pada bulan Agustus, PMI manufaktur China dilaporkan sebesar 50,1, sangat tipis dari kontraksi, dan menurun dari bulan sebelumnya 50,4. PMI manufaktur Negeri Tirai Bambu sudah mengalami penurunan dalam 5 bulan beruntun, kali terakhir mencatat kenaikan pada Maret lalu, dengan angka indeks saat itu sebesar 51,9.Jika tren penurunan berlanjut dan akhirnya menunjukkan kontraksi, maka akan berdampak negatif ke pasar finansial global. Kecemasan akan pelambatan ekonomi China akan kembali muncul.Sebelumnya, Ekonom dari Goldman Sachs memangkas proyeksi produk domestik bruto (PDB) China di tahun ini menjadi 7,8% dari sebelumnya 8,4%. Pemangkasan tersebut cukup tajam, sebab China dikatakan akan menghadapi tantangan dari pembatasan konsumsi energi. Presiden China, XI Jinping pada September tahun lalu mengumumkan China akan mencapai puncak emisi karbon pada 2030 dan menjadi bebas karbon pada 2060.




PT. Erdikha Elit Sekuritas | Member of Indonesia Stock Exchange
Gedung Sucaco lt.3 Jalan Kebon Sirih kav.71

Jakarta Pusat 10340, Indonesia

Website : www.erdikha.com